Sabtu

Yang MUda Yg BerBudaya



ketika pemuda Indonesia memulai menyingsingkan lengan bajunya...
dan memekikkan satu kata "MERDEKA!!!!"

Hanya sebuah seruan yang bisa didengarkan, tanpa bukti untuk bertanggung jawab atas pekikan itu. Dimana pemuda Indonesia sekarang???? hilang atau takut menghadapi kewajiban di masa yang akan datang??

Sangat disayangkan pemuda bahkan pemudi Indonesia yang lupa akan BUDAYAnya.

to be continued....

Musik Etnik Menggaung....SOLO


Lunturnya budaya musik etnik...?
Munculnya band2 yang menjadi popularitas..?
Sungguh disayangkan...
Memudarnya musik tradisonal yang bernuansa etnik dan dapat melemahkan citra budaya Indonesia di mata dunia.

tetapi...belum terlambat
Adanya peluang untuk memantapkan posisi Indonesia di percaturan Internasional melaui diplomasi kebudayaan, musik etnik yang bersumber dari nilai - nilai lokalitas di seluruh nusantara merupakanm potensi yang mampu menjawab peluang ini.
dan dari sinilah munculahlah..
festival music etnik berkelas international yang dilahirkan di Solo yang berpredikat sebagai KOta Budaya.
SIEM (Solo International Ethnic Music)membawa harapan bahwa musik sebagi bahasa universal, mampu membangun relasi dan komunikasi antar generasi, antar bangsa, juga menguatkan nilai lokalitas.
Musik etnik menggaung Solo,,,ya karena SIEM.
SIEM telah diselenggarakan untuk kali keduanya,,
SIEM Festival & Conference diadakan di BENTENG VASTERNBURG, 1-5 September 2007
SIEM Festival & Education diadakan di Pamedan Mangkunegaran,28 Oktober-1 November 2008
SIEM medatangkan delegasi - delegasi dari dalam negeri dan luar negeri,yang menampilkan sajian musik etnik yang unik dan mengesankan.

SIEM Community,

www.siemfestival.com

Menapak Jejak Menjadi Kota Dunia

SOLO
Banyak harapan melambung setelah…
Solo menjadi tuan rumah Konferensi International Kota – Kota Warisan Budaya Dunia (World Haritage Cities Conference and Expo atau WHCCE ) pada tanggal 25-30 Oktober 2008. Sebagai kota yang dikenal sebagai kota Budaya.. penyelenggaraan Event Besar berkelas International ini merupakan sebuah kegembiraan dan merupakan suatu kehormatan bagi Solo yang dipercaya untuk menyelenggarakan WHCCE.
Sungguh menakjubkan… acara yang beraneka ragam ditampilkan secara menarik dan dikemas menjadi sebuah event entertainment. Begitu pula acara pendukung yang diperkirakan melibatkan dan menarik orang di semua lapisan masyarakat untuk datang, seperti kirab, cultural event, pasar rakyat dan srawung batik.
ini membawa banyak harapan khususnya bagi masyarakat Solo semoga acara International yang berskala besar ini bias menjadi batu pijakan untuk menjadikan Solo sebagai Kota Dunia.

Wajah Kota Budaya Semakin terlihat…
Untuk mendukung Solo sebagiai tuan rumah WHCC, penataan kota Solo yang makin terlihat ditunjukkan dengan berdirinya bangunan dan berbagai aksen berupa patung dibangun di beberapa sudut kota yang tampaknya ingin mengesankan orang luar..bahwa inilah SOLO, KOTA BUDAYA. Yang seakan – akan memberi warna yang berbeda antara Solo dengan kota – kota yang lain.
Begitupun revitalisasi terhadap pasar – pasar tradisional dan Taman Balekambang, pembangunan city walk sepanjang jalan Slamet Riyadi
Dan…pengenalan kembali situs – situs budaya dan tempat wisata di Solo seperti Keraton Kasunan Surakarta, Puro Mangkunegaran Museum Radya Pustaka, Wayang Orang Sriwedari, Kampung Batik Laweyan, Kampung Batik Kauman, Langen Bogan Solo..dan sebagainya merupakan upaya yang dilakukan Solo untuk menjadikan Solo sebagai Kota Budaya.
Selain itu….,yang perlu juga dilakukan adalah mengembalikan perilaku warga kota Solo seperti layaknya wong Jawa yang punya ungguh – ungguh Jawa. Karena yang kini sering kita lihat, nilai – nilai kejawaan itu seperti sudah hilang dari kebanyak orang Solo.

I
LOVE
SOLO